Minggu, 02 Agustus 2020

Sultan Abdul Kadirun


GUSTI SULTAN CAKRAADININGRAT II

R. Abdul Kadir, sedemikianlah nama kecil dari Kanjeng Gusti Sultan Cakraadiningrat II Madura, dilahirkan pada Sabtu wage, Jam 11 Tanggal 25 Robiul Awal Saat Jabrail, wuku Lancir, mangsa keenam Windu Kara Tahun Jimakir, Sinengkala “Oyaging Awiyat Sabdaning Ratu”. Beliau adalah Putra Kanjeng Gusti Sultan Cakraadiningrat I di Madura dari Permaisuri. Beliau juga merupakan Putra Mahkota Gusti Sultan Bangkalan I tersebut.

Gb. By: RP. Chairil Latief

Suatu waktu R. Abd. Kadir diperintahkan oleh Ramandanya untuk menghadap ke Betawi dengan disertai 500 orang prajurit Kraton Madura beserta opsirnya. Setibanya di Betawi, R. Abd. Kadirun diberi pesanggrahan di Pasar senen dekat dengan kebun tempat Jenderal Hoopstraten. Selama di Betawi Gusti R. Abd. Kadirun dilayani oleh Brigadir Sandol. Pada malam Senin Gusti R. Abd. Kadir dipanggil menghadap Jenderal serta para pembesar di Betawi. Setelah beberapa bulan lamanya di Betawi, R. Abd. Kadirun kembali ke Madura dengan mampir terlebih dahulu ke Semarang. Beliaupun menghadap tuan Edeleer Van Rede di Semarang.

Tiga Tahun kemudian Pangeran dari Madura ini dijadikan wakil ayahandanya untuk memegang kendali di Madura. Penobatan beliau ini ber-sinengkala Swarga Murub Palenggahaning Ratu.

Suatu ketika di Cirebon terjadi pemberontakan Bagus Idum. R. Bagus Idum ini terkenal pandai dalam strategi perang dan tiada dapat dikalahkan. Cirebon pun akhirnya jatuh ke tangan R. Bagus Idum ini. Namun ketika datang pasukan Madura dibawah pimpinan R. Abd. Kadirun, pemberontak tersebut lalu berdamai saja dengan Gusti Pangeran dari Madura tersebut. Hal ini menimbulkan keheranan bagi semua pihak terutama bagi Belanda. Maka Gusti Pangeran memperoleh hadiah berupa keris model Jawa berhiaskan intan dan merah delima serta nilawiduri, begitu indah dan mempesona, ditanah Jawa dan Madura tiada keris seindah itu.

Ketika Inggris datang ke Jawa, Pangeran dijadikan pimpinan para Bupati di pantai Timur. Hampir setiap pagi dan petang Gusti Pangeran Abd. Kadirun beserta Adindanya (R. Palgunadi) memberikan pengajaran di Dinoyo Surabaya. RP. Purwa Daksina menjadi Kapitennya, RP. Notokosumo menjadi tetua dan RP. Singasari menjadi Sekretaris (Juru Tulis)nya.

Atas kehalusan budi pekerti, serta pengaruhnya yang dapat membesarkan hati para rakyatnya, selain juga terkenal akan kepandaian strategi perangnya, maka tidak lah heran jika ia sangatlah di sayangi oleh para pembesar hingga rakyat kecil sekalipun.

Pada hari Jum'at, tanggal 24 Sya'ban Tahun Djimakir, negeri Madura dan Jawa dikuasai Inggris dan yang menjadi Jenderal adalah Thomas Stafford Rafless. Karena rekam jejak serta ketangkasan, ketulusan dan kepandaiannya maka Gusti Pangeran dipercayai dan dihormati oleh Gubernur Jenderal Raffles dan terdengar pula oleh Ratu Inggris.

Beberapa waktu kemudian, Kanjeng Gusti Sultan Cakraadiningrat I wafat, dan dikebumikan di asta Aermata dengan sekitar 8000 pengiring baik dari para Bangsawan Madura, Para Ulama' dan para pedagang serta para rakyat Kecil turut serta mengiringi pemakaman Beliau. Kemudian Kanjeng Gusti Pangeran naik tahta dan mengganti kedudukam Ramandanya, beliau dinobatkan menjadi Sultan Madura pada hari Sabtu, 29 Robiul Awal dengan gelar KANJENG GUSTI SULTAN CAKRAADININGRAT II.

Dalam masa beliau, semua rakyat merasa mendapatkan perlindungan, negeri Madura aman dan makmur seperti keadaan dimasa ramanda Gusti Sultan. Selain itu juga Kanjeng Gusti Sultan sering memberikan Derma kepada para fakir miskin, para musafir, dan kepada Rakyatnya yang akan berangkat naik Haji diseluruh negeri Madura. Gusti Sultan sangat mencintai Rakyatnya, dimana hal ini beliau buktikan juga dengan membuka Masjid Kraton yang semula peruntukannya hanya untuk para priyayi dan keluarga Kraton saja, namun Gusti sultan membukanya untuk seluruh rakyatnya. Siapapun boleh beribadah didalamnya. Masjid yang dibangun oleh Gusti Panembahan Sedhomukti (Kakek Beliau) pada tahun Alip 1693 C ini selanjutnya dibuka penggunaannya untuk seluruh rakyat Madura. Maka tentu sangatlah banyak rakyat Madura beribadah didalamnya. Rakyat semakin paham dan memahami kepada agamanya, para tukang juga semakin meningkat ilmu pengetahuannya.

Tidak beberapa lama kemudian, pada hari Senin tanggal 13 Dzulhijjah pukul Sembilan Pagi, Kanjeng Gusti Sultan Cakraadiningrat II menobatkan Putranya yang bernama Gusti Raden Yusuf yang terlahir dari Gusti Ratu Ajunan menjadi Putra Mahkota dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Setjaadiningrat. Gusti R. Yusuf dikala utu berumur sepuluh tahun. Pada pagi harinya beliau dinobatkan menjadi Putra Mahkota, dan kemudian pada sore harinya beliau di Khitan.

Pada hari Senin, 9 Syawal tahun Dal, Pulau Jawa dan Madura diserahkan kembali Oleh Inggris kepada Belanda. Gubernur Inggris di Betawi kala itu adalah John Fendol, sedangkan yang menerima dari Belanda ada tiga orang yaitu : 
1. Meester Cornelis Commissaris general Hindia Belanda.
2. Alexander Gerart Filip Baron Van der Kapelen, Commandeur Nederland, Opper bevelhebber, Commissaris general Hindia Belanda.
3. Arnold Andrian Biskes, Schout bij nacht, commissaris Hindia Belanda.
Yang dua orang kemudian pulang kembali ke Belanda dan Baron Van der Kapellen menjadi Jenderal di Hindia Belanda.

Kanjeng Gusti Sultan Cakraadiningrat II ini dibantu oleh Patih yang bernama R. Adipati Purwanagara yang tiada lain adalah menantunya Gusti Sultan Sendiri. Sedangkan Juru Surat Dalem bernama R. Ario Mlojokusumo (RP. Singanagara). Tiada berapa lama kemudian, Pepatih R. Adipati Purwanagara pada hari Senin 18 Jumadil Akhir tahun Dal pindah ke Semarang hingga wafat, maka diangkatlah R. Ario Mlojokusumo menjadi Patih Gusti Sultan.

Pada tanggal 17 Jumadil Awal Tahun Ehe', istri muda Gusti Sultan yang bernama Ratu Wetan meninggal Dunia. Sedangkan Istri sepuh beliau, Kanjeng Gusti Ratu Ajunan Wafat pada hari Selasa Tgl. 17 Dzulkaidah Jimachir. Dan dikebumikan di Astana Masjis Kota Bangkalan.

Kemudian setelah 24 Tahun bertahta, pada usia 69 Tahun Kanjeng Gusti Sultan Cakraadiningrat II Madura berpulang ke Rahmatulloh pada malam Kamis, 11 Safar tahun Dal dan dikebumikan di Astana Masjid Agung Bangkalan.

Demikianlah sekelumit kisah Kanjeng Gusti Sultan Cakraadiningrat II Madura. Semoga Menginspirasi. Wallohuaklaam.

1 komentar :

Rachmad tri mengatakan...

👍👍

Posting Komentar