Rabu, 22 April 2020

Asal Usul Desa Sambilangan


sekilas Tentang

Gb. By. Purwati

Asa-Usul Desa Sambilangan

Desa Sembilangan adalah sebuah desa yg terletak di sebuah pulau kecil di ujung paling Barat pulau Madura, pulau yg diera terdahulu masyhur dengan sebutan "Bhere' Songai" ini dihubungkan oleh tiga jembatan, yaitu :

1. Gledek Lanjeng Di desa Kramat
2. Gledek Berghen di Desa Pataonan
3. Gledek Mereng di Desa Ujung Anyar

Pulau kecil ini terdiri dari tujuh Desa, yaitu :
1. Desa Kramat Kec. Bangkalan
2. Desa Ujung Piring Kec. Bangkalan
3. Desa Sembilangan Kec. Bangkalan
4. Desa Pernajuh Kec. Socah
5. Desa Dakiring Kec. Socah
6. Desa Ujung Anyar Kec. Socah dan
7. Desa Pataonan Kec. Socah

Menurut sejarah, baik tertulis maupun sejarah tutur bahwa asal usul Desa Sembilangan ini sendiri tidak bisa terlepas dari perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Madura pada tahun 1718 oleh R. Djoerit, perpindahan Kraton dari Tunjung sekar Kdaton sebagai akibat penyerbuan Pasukan Bali buntut dari perseteruan antara Adikoro dengan Panembahan Cakraningrat III ini serta banyak nya kerusakan yang menimpa Tunjung skar kdaton waktu itu, sehingga adik beliau memindah kraton ke sebuah hutan kecil di pulau kecil tersebut.

 Gb. By Mas Asfandi

Pembabatan hutan yang kemudian disusul dengan pembuatan sumber mata air sebagai langkah awal Perpindahan Kraton tersebut terjadi di tahun 1718, bukanlah suatu hal yang mengherankan jika proses demi proses tersebut diikuti dengan munculnya pertanda-pertanda alam yang menyertainya. Adapun pertanda alam dimaksud adalah munculnya berbagai macam ikan jenis SAMBILENG dikala pembuatan Sumber mata air di tamansari Kaputren. 

Ikan Sambileng adalah anggota dari suku Plotosidae, suatu kelompok ikan Siluriformes, ciri khas yang membedakannya dari kelompok lainnya adalah menyatunya sirip punggung kedua sirip ekor, dan sirip anus sehingga bagian belakangnya tampak seperti sidat, Terdapat sekitar 35 spesies dalam 10 genera yang merupakan famili dari Plotosidae ini. Bentuk ikan ini hampir sama dengan Lele, yang membedakan yaitu sembilang mempunyai 3 patil, satu patil punggung dan dua di sirip. patil ikan ini beracun, jika tergores atau tertusuk patil ikan sembilang maka wajah menjadi pucat, seluruh badan terasa panas dan susah tidur bahkan bisa kejang kejang, bahkan bisa menjadikan janin mengalami keguguran. Tidak heran jika di depan Induk Kdaton Sembilangan waktu itu ditanamlah Pohon asam yang masih ada hingga kini sebagai penangkal racun ikan-ikan tersebut.

Gb. By Google

Kemunculan ikan Sambileng warna-warni secara aneh dan sangat banyak inilah yang kemudian meng-Ilhami Kanjeng Panembahan untuk memberi nama Kdatonnya dengan sebutan "Kraton Sambilengan". Maka sejak itulah kemunculan nama Sambilengan untuk pertama kalinya tepatnya disaat sabda sang Panembahan dalam acara besar peresmian Kraton Sambilengan yang ditandai dengan bunyi "Se Carbuk" mengalun dan bergaung begitu agung seakan terdengar seantero Madura kala Itu.

Seyogyanya Sembilangan itu sendiri meliputi sebagian kecil wilayah Desa Pernajuh, sebagian kecil Wilayah Desa Kramat dan sebagian kecil Wilayah Desa Sembilangan itu sendiri. Sedangkan Desa Sembilangan itu sendiri pada sebagian wilayahnya awal mulanya bernama NAMPARAN, hal ini merupakan tempat penambatan perahu-perahu kraton dieranya, ada juga sebagian sejarah tutur yang menyebutkan bahwa Namparan merupakan asal muasal dari Tali perahunya Dempo Awang yang pecah akibat cambuk Jokotole dan jatuh didaerah tersebut (Wallohuaklaam Bisshowaab).

Kemunculan banyaknya ikan Sambileng ini diikuti pula dengan ramainya daerah tersebut, kurang lebih lima puluh ribu-an prajurit dan masyarakat menempati daerah tersebut dan perahu demi perahu pun hilir mudik dipulau tersebut.

Demikianlah akhirnya sebagai akibat dari kekalahan perang Pasukan Sambilengan atas Belanda pada tahun 1745 dan politik devide at impera Belanda pula, serta keberhasilan Belanda menghanguskan Sisa-sisa Kraton Sambilengan tahun 1892 an yang ditempati oleh Mas Kahir bersama Mas Dewi Halima serta dapat dirampasnya pula Mahkota emas ber tiriskan Intan berlian milik Tjakraningrat IV dari tangan Mas Dewi Halima pada paruh kedua abad 18 itu, maka dipecah-pecahlah wilayah Sambilengan dari yang sebelumnya hingga membentuk seperti saat ini.


klik disini








0 komentar :

Posting Komentar