Jumat, 22 Juli 2016

ASAL USUL PULAU MADURA







ASAL USUL PULAU MADURA


Pada Awalnya pulau madura ini terlihat oleh para pelaut pada zaman purbakala sebagai beberapa puncak tanah tinggi yang terpecah-pecah, dan beberapa dataran rendah yang apabila air laut surut akan tampak padanya dan apabila air laut pasang tidak akan terlihat ( Berada dibawah air). Adapun puncak-puncak yang terlihat itu diantaranya sekarang disebut gunung Geger didaerah Kabupaten Bangkalan dan Pegunungan Pajuddan didaerah Kabupate Sumenep.
Pada zaman Purbakala, ada suatu negara yang bernama “Medang Kemulan”, didalam kotanya ada sebuah keraton yang diberi nama Giling Wesi, rajanya bernama Sang hyang Tunggal. Menurut dugaan orang Madura, tempat itu di dekat Gunung Semeru didekat puncaknya Gunung Bromo, Zaman tersebut disekitar tahun 929 M. Ada juga yang menyebut negara tersebut “Medang” jadi bukan “Medang Kemulan”.
Pada tahun 929 M. Setelah meletusnya sebuah gunung, anak gadis Raja tersebut bermimpi kemasukan rembulan dari mulutnya dan terus masuk kedalam perutnyaserta tidak keluar lagi. Setelah beberapa bulan, wanita tersebut menjadi hamil dan tidak ketahuan pula siapa ayahnya. Beberapa kali ayahnya menanyakan tentang sebab-sebabnya si anak menjadi hamil, namun tidak pula terjawab, karena iapun tidak mengetahuinya juga.
Raja amat marah lalu memanggil Patihnya yang bernama Pranggulang. Pepatih diperintah untuk membunuh anaknya dan memperlihatkan kepala anak tersebut. Apabila Pranggulang tidak dapat memperlihatkannya, maka ia tidak diperkenankan menghadap ke Raja dan terus tidak dianggap pepatih lagi. Pepatih sanggup menjalankan titah rajanya dan membawa gadis tersebut keluar kraton menuju hutan rimba.
Setelah sampai disuatu rimba, pepatih menghunus pedangnya dan mulai mengarahkan pedangnya kepada gadis tersebut, namun hampir saja pedang tersebut sampai kelehernya, pedang tersebut jatuh dari tangannya dan hal tersebut terulang hingga tiga kali. Setelah itu Patih  Pranggulang duduk termenung dan berfikir serta yakin bahwa hamilnya sang gadis ini bukan dari kesalahannya, akan tetapi tentu ada hal yang luar biasa. Ia lalu berkata kepada si gadis bahwa telah tiga kali semestinya kepala itu putus, akan tetapi Pranggulang saja yang mengalah dan harus tidak kembali kepada rajanya. Dan mulai saat itu ia berubah nama menjadi Kiyai Poleng (=Poleng artinya dalam bahasa Madura yaitu kain tenunan Madura) dan ia berubah pakaian yaitu memakai kain – baju – dan ikat kepala dari kain Poleng. Ia memotong kayu-kayu di hutan itu lalu dibawanyake pantai serta dirangkai menjadi satu rangkaian yang merupakan perahu (Oleh orang Madura disebut Ghitek ( getek=Jawa)).
Gadis tadi didudukkan diatas Gitek dilautan kemudian gitek tersebut ditendang menuju “Madu-Oro” (=Pojok di ara-ara) artinya pojok menuju arah yang luas). Diceritakan bahwa sebab inilah, pulau ini mendapat julukan Madura.
Diceritakan pula bahwa yang mengatakan nama Madura itu berasal dari perkataan “Lemah Dhuro” artinya tanah yang tidak sesungguhnya, yaitu apabila air laut surut tanahnya kelihatan dan apabila air laut pasang, tanahnya tidak kelihatan.
Selanjutnya, setelah Ghitek tadi terdampar di gunung Geger (disitu asalnya Madura).

Cerita sejarah ini berlanjut ke “Raden Segoro”.




 

Untuk Versi Lengkapnya silakan hubungi Blogger  atau R.P. Abd. Hamid Mustari Cakraadiningrat selaku ketua Paguyuban Kasultanan Bangkalan. Terimakasih.
 

0 komentar :

Posting Komentar