Jumat, 22 Juli 2016

Orang Madura Pertama




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF4ydVdF1IVYXe-2Tx1DqtiL4r4xS0Y5antx0CzhlUfqKcH-_hsnKV1NIje-fLGFGHvNbAh4w18_ch_RRTmzJAB-2_YH8FOhNgQT8ZRlUED0Hy2RU_hqzdli5SVXRuX2ycGUXfc06rAASV/s1600/ccc.jpg




Sesampainya di Gunung Geger, maka turunlah gadis anak raja tersebut dan duduk dibawah pohon pelasa (Pohon Tersebut orang jawa menyebutnya pohon ploso yaitu pohon yang leboh kecil daripada pohon jati dan juga daunnya mirip dengan daun jati. Di Madura daun tersebut sering digunakan untuk bungkus tembakau rajangan).
Pada suatu ketika sihamil tersebut merasa sakit perut seolah-olah akan menemui ajalnya. Disitu ia memanggil Kiyai Poleng dengan memakai tanda yang dijanjikan. Maka tidak berapa lama kemudian, kiyai Poleng datang. Kiyai Poleng berkata, bahwa ia akan melahirkan, tidak lama lagi kemudian lahirlah seorang anak laki-laki yang roman mukanya amat bagus dan diberi nama Raden Segoro. (Segoro artinya Laut). Keluarga itu menjadi penduduk Madura yang pertama kali. Sesudah Raden Segoro lahir dengan selamat, maka Kiyai Poleng itu menghilang lagi. Akan tetapi sering melawat dengan membawa makanan kepada keluarga tersebut.
Diceritakan bahwa perahu-perahu dari para pedang yang berlayar dari beberapa kepulauan di Indonesia, apabila pada malam hari melalui lautan didekat tempatnya Raden Segoro, maka mereka melihat suatu cahaya yang terang seolah-olah cahaya rembulan, maka mereka itu sering berkata, apabila maksud mereka didalam perjalanan itu terkabul, maka akan berhenti dan berlabuh di tempat itu dan akan makan dan minum disana. Dan akan memberi hadiah kepada yang bertahta itu.
Dengan demikian, maka seringlah tempat itu kedatangan tamu-tamu yang telah terkabul maksudnya. Oleh karena mereka hanya melihat seorang wanita dengan seorang anaknya, maka hadiah-hadiah dari mereka diberikan kepada ibu dan anak itu.
Begitu Raden Segoro telah berumur 2 (dua) tahun, ia sering bermain-main ditepi lautan, maka dimana dia berada, datanglah dua ekor ular raksasa yang amat besar mendekati dia. Dengan ketakutan, ia berlari dengan menangis dan menceritakan hal ihkwalnya kepada ibunya. Ibunyapun mempunyai rasa khawatir jika anaknya dimakan ular besar tersebut. Maka suatu hari ibunya memanggil Kiyai Poleng dan menceritakan semuanya kepadanya.
Kiyai Poleng kemudian mengajak Raden Segoro bermain-main di tepi laut, tidak beberapa lama kemudian, datanglah dua ekor ular raksasa itu, lalu Kiyai Poleng bilang pada Raden Segoro agar supaya dua ekor ular tersebut dipegang dan dibantingkan ke tanah. Raden Segoro tidak mau menuruti perintah Kiyai Poleng karena takut dimakan. Akan tetapi dengan paksaan kiyai Poleng, akhirnya dua ekor ular raksasa itu dipegang dan dibantingkan ke tanah. Seketika itu juga dua ekor ular raksasa itu berobah menjadi dua bilah tombak. Lalu dua bilah Tombak itu diberikan oleh Raden Segoro kepada kiyai Poleng dan olehnya dibawa menghadap kepada ibunya. Kemudian tombak yang satu diberi nama Kiyai (Si) Nenggolo dan yang satunya diberi nama Kiyai (Si) Aluquro.

Berlanjut ke Tombak Sinenggolo dan Aluquro.







Untuk Versi Lengkapnya silakan hubungi Blogger  atau R.P. Abd. Hamid Mustari Cakraadiningrat selaku ketua Paguyuban Kasultanan Bangkalan. Terimakasih.
 

0 komentar :

Posting Komentar