gb. by. Riski T
PERPINDAHAN
PUSAT KERAJAAN
1. Kerajaan
Madura mengalami beberapa kali perpindahan pusat kerajaan, ia berdiri pertama
kali sebagai kerajaan berpusat di Kraton Plakaran Arosbaya, tempat ini
berlokasi di Bangkalan ke arah utara saat ini. namun disamping itu juga bahwa
di Madeggan Sampang sudah berdiri pula Kraton tapi sebagai Kamituwo disana.
Bentuk dan sistem nya berupa monarki absolut.
2. Dari Kraton
Plakaran Arosbaya ini kemudian pusat pemerintahan dipindah ke Kraton Madeggan
yang terletak di Sampang - Madura. Selama beberapa kurun waktu pusat kerajaan
berada di Sampang. Sebenarnya disinilah tempat berawalnya leluhur raja Plakaran
Arosbaya, namun saat itu masih belum sebagai kerajaan tapi merupakan kamituwo
dibawah dari kerajaan Majapahit. Disinilah Jaka Petteng berada.
3. Kemudian
Kraton dipindah kembali ke Tunjung Skar Kdaton, selama kurang lebih dua masa
raja bertahta disini, dan akibat dari Kraton yang rusak karena buntut
penyerangan pasukan Bali sehingga pusat kerajaan dipindah kembali ke sebuah
pulau paling barat dari Pulau Madura yang diera terdahulu masyhur dengan
sebutan "Bhere' Songai". Pusat kerajaan dipindah ke Kraton
Sambilangan.
4. Kraton Sambilangan berlokasi di sebuah pulau terbarat dari pulau Madura. Kraton ini bertitik di kisaran 20 M dari Patirtan, tepatnya berada sebagian areal pemakaman. Pintu Sketeng sebagai pintu belakang paling timur dan pintu belakang yang terbuat dari batu sebagai titik tengahnya. Kraton Sambilangan selama kurun waktu kurang lebih dua puluh sembilan tahun berdiri disana akhirnya setelah Kraton Hancur akibat kalah perang dengan Belanda, Pusat Kerajaan pun dipindah ke Kraton Bangkalan.
5. Kraton
Bangkalan berlokasi tepatnya di Kantor Kodim Bangkalan Saat ini dan sekitarnya.
Di Kraton inilah terjadi dua kali perubahan sistem dari Kerajaan berubah
menjadi Kasultanan untuk kemudian berubah lagi menjadi Kerajaan.
RAJA
- RAJA MADURA
- 1. PANEMBAHAN LEMAH DUWUR
Panembahan
Lemah Duwur dapat di katakan sebagai Tonggak awal raja islam Pertama kali di
Kerajaan Madura, Kerajaan ini berdiri sebagai kerajaan Islam, menjalankan roda
kepemerintahan nya secara islami dan menganut sistem-sistem keislaman.
Penobatan beliau dinyatakan dengan candrasangkala "SIRNO PENDOWO KERTANING
NAGORO". yaitu tahun Jawa 1450 atau 1531.
Sri
Paduka Gusti Panembahan Lemah Duwur dikenal sebagai pemeluk islam yang taat,
konsekwen dalam ucapan-ucapan dan perbuatan sehari-hari. Beliau yang bernama
kecil Raden Pratanu ini memerintah dalam kurun 61 tahun dari tahun 1531 sampai
dengan 1592 beliau memerintah dengan arif dan bijaksana dan tidak ada kemelut
berarti dalam kerajaan pada masa beliau ini. Rakyat hidup dengan makmur dan
baik serta tatanan sosial berjalan dengan baik pula. Pada masa beliau inilah
peradaban islam dimulai, disetiap rumah didirikan Musholla (Langgar) sebagai
tempat ibadah juga sebagai tempat musyawarah dan berbagai macam kepentingan
umum lainnya.
- 2. PANGERAN TENGAH
Pangeran Tengah
yang bernama kecil Raden Koro adalah putra dari Panembahan Lemah Duwur. Beliau
juga memiliki saudara yang menjadi penguasa di Blega yang bergelar Pangeran
Blega. Namun Penguasa Blega tersebut tunduk kepada kekuasaan Arosbaya akibat
misteri dibalik pakaian Kadal Kuning oleh Raja Plakaran kepada Patih Gusti
Macan Putih sehingga Patih Macan Putih andalan Pangeran Blega tersebut
meninggal dunia.
Pangeran
tengah bertahta dari tahun 1592 sampai dengan 1621 dan memiliki permaisuri yang termasyhur dengan sebutan Kanjeng Ratu Ibu
Sepuh dari Madegan Sampang. Beliau adalah saudara sepupu nya sendiri putri dari
Pangeran Zuhra Jamburingin. Pada masa beliau inilah terjadi peristiwa berdarah
yang sangat sadis dan menyedihkan. Peristiwa itu merenggut kehidupan sang
penghulu Kraton yang bergelar Pangeran Musyarrif dan Patih Ronggo. Para beliau
dibunuh dengan keji oleh Belanda tepat pada tanggal 6 Desember 1596 M. Tahun
inilah Belanda menjejakkan kakinya di tanah Madura dengan tujuan untuk
berdagang membeli rempah-rempah hasil pertanian dipulau ini. Pangeran Tengah
wafat pada tahun 1621 M, dan dimakamkan di Makam Agung tempat Pemakaman para
raja-raja Madura di Plakaran Arosbaya.
- 3. PANGERAN
MAS
Setelah
Pangeran Tengah wafat, maka adik beliau yang bernama Pangeran Mas naik Tahta
meneruskan kekuasaan di Kraton Plakaran Arosbaya. Selama tiga tahun beliau
memerintah yaitu dari tahun 1621 sampai dengan 1624 keadaan negeri makmur sentosa, aman dan damai.
Dipenghujung
tahun 1623 Madura kedatangan tamu tak diundang, ribuan pasukan Mataram
menyerang Kerajaan Arosbaya, namun berkat kerjasama yang baik di Madura dari
Kraton Plakaran, Blega dan semuanya, Akhirnya tamu-tamu bengis itu dapat
dihalau dan para petingginya pun meregang nyawa menghadap Ilahi Robbi.
Tumenggung Alap-alap, Tumenggung Ketawang bahkan Panglima perangnyapun harus
wafat disini yaitu Pangeran Sujonopuro. Sehingga pasukan Mataram lari
terbirit-birit ke atas kapal-kapal mereka. Pada awal tahun 1624 M, Pasukan
Mataram melakukan penyerangan kedua kalinya dibawah Komando Ki Juru Kitting
sebagai Panglima Perang. Pada penyerangan kali inilah Madura bersimbah darah,
takluk dan kalah. Pangeran Mas pun dihukum mati oleh Sultan Agung.
- 4. PANEMBAHAN
TJAKRANIENGRAT I
Setelah
Madura bersimbah darah, memerah dimana-mana akibat kebengisan pasukan Mataram
menyerang Madura, dan salah satu putra Raja Arosbaya yang tersisa adalah R.
Praseno, usianya masih muda belia waktu itu, R. Praseno menjadi Tawanan Perang
Mataram namun kemudian diangkat menjadi anak angkat oleh Sultan Agung. Atas
adilihungnya perangai, kepribadian, santun, adab tanggungjawab, tatakrama dan
kepandaiannya yang luar biasa akhirnya meluluhkan hati Sultan Agung yang mau
membunuhnya. R. Praseno tidak lagi dianggap sebagai tawanan perang dan memiliki
hak dan perlakuan sama dengan putra raja, leluasa keluar masuk istana. Tepat
pada 12 Robi'ul Awal 1045 H, bersama dengan grebeg Maulud, R. Praseno
dinobatkan menjadi Raja Madura dengan Gelar Sri Paduka Gusti Panembahan
Tjakraniengrat I melanjutkan tahta Ayahandanya dan Pamanda Beliau. Beliau bertahta dari tahun 1624 sampai dengan 1648. Namun
walaupun beliau adalah raja Madura, tenaga dan pikiran beliau sangat dibutuhkan
oleh Sultan Agung sehingga beliau lebih banyak berada di Mataram daripada di
Madura. Panembahan Tjakraniengrat I wafat dan dimakamkan si Imogiri Yogyakarta
pada tahun 1648. Beliau juga masyhur dengan sebutan SIDHINGMAGIRI.
- 5. PANEMBAHAN
TJAKRANIENGRAT II
Setelah
R. Praseno wafat, tahta kerajaan Madura dilanjutkan oleh Putra beliau yang
bernama kecil R. Undagan. Setelah naik tahta kerajaan Madura, beliau bergelar
Sri Paduka Gusti Panembahan Tjakraniengrat II. Pada masa beliau bertahta dari tahun 1648 sampai dengan 1707 inilah Pusat
kerajaan dari Kraton Madeggan dipindah ke Tunjung Skar Kdaton yang berlokasi di
Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan saat ini. Gusti Panembahan Tjakraniengrat
II terlahir dari permaisuri Kanjeng Ratu Ibu Syarifah Ambami, darah Ksatria dan
darah Ulama' mengalir dalam dirinya, bersatu berpadu memadu kewibawaan beliau.
Diceritakan bahwa beliau memiliki banyak istri dan selir, ada yang mengatakan
400 orang. Jika berkunjung ke Mataram, semua istri-istri nya dibawa sehingga
tampak mirip seperti pasukan perang hendak menyerbu sebuah kerajaan. Pada masa
beliau bertahta inilah terjadi suatu peristiwa yang menggetarkan Jawa, yaitu
Perang Trunojoyo. R. Nilaprawata yang tiada lain adalah keponakan beliau
sendiri, putra dari demang Mlojokusumo mengadakan perlawanan yang menggetarkan
seluruh isi Kraton Mataram dan harus berakhir dengan ksatria sebagai pemberani
menghadapi kekejaman Belanda dan antek-anteknya. Suatu sore ketika sepulang
dari Mataram, Gusti Pamembahan sakit dan tidak dapat melanjutkan perjalanan
pulang kembali ke Madura sehingga beliau menghadap Yang Maha Kuasa di Kamal.
Maka masyhur lah beliau dengan gelar anumerta raja SIDHINGKAMAL atau Sidho Ing
Kamal (Wafat di Kamal). Dimana hal ini terjadi pada tahun 1707 M. Sri Paduka
Gusti Panembahan Tjakraniengrat II dimakamkan di Pemakaman Raja-raja Madura di
Astah Aermata Arosbaya Bangkalan. Beliau ditandu dari Kamal menuju pemakaman
pada saat itu, dan beliaulah Raja Pertama yang di Makamkan di Aermata Arosbaya.
- 6. PANEMBAHAN
TJAKRANIENGRAT III
Setelah
Panembahan Tjakraniengrat II Wafat, tahta dilanjutkan oleh putra beliau R.
Sosrodiningrat. Sang putra mahkota naik tahta pada tahun 1707 bergelar Sri
Paduka Gusti Panembahan Tjakraniengrat III, berkuasa selama kurang lebih 11
tahun dari tahun 1707 sampai dengan 1718. Beliau memegang tampuk kekuasan berpusat di Tujung Skar Kdaton. Pada
masa beliau inilah hampir saja terjadi perang saudara, antara Pamellingan dengan
Tunjung Skar Kdaton akibat dari masalah keluarga yaitu pertengkaran kecil
keluarga antara Adikoro dengan istrinya yang merupakan putri dari Panembahan
Tjakraniengrat III. Puji Syukur hal itu tidak sampai terjadi. Pada masa
Panembahan Tjakraniengrat III inilah terjadi peristiwa berdarah akibat dari
benturan adat antara adat ketimuran dengan adat eropa. Hal ini terjadi di
perairan MENGAREH atau yang lebih masyhur dengan sebutan KAPAL MATEH di
daerah pesisir barat Pulau Madura. Peristiwa itu bermula disaat Panembahan
Tjakraniengrat III menaiki kapal Belanda, para krue kapal mengadakan salam
kehormatan ala Eropa karena kedatangan Raja dan keluarganya. Pada saat Kapten
Kapal bersalaman dengan permaisuri Raja, seperti hal nya penghormatan khas
Eropa, maka Kapten kapal hendak mengecup pipi sang permaisuri, akibat hal
tersebut, terkejutlah sang permaisuri raja, beliau berteriak keras memanggil
Sang suami Gusti Panembahan Tjakraniengrat III, tubuhnya gemetar dan wajahnya
pucat pasi. Melihat kondisi yang sedemikian, Gusti Panembahan Tjakraniengrat
III pun marah dan langsung mencabut kerisnya dan menusukkannya ke Tubuh sang
Kapten, tak ayal lagi sang kapten pun meninggal seketika. Akibat hal tersebut,
mengamuklah seluruh anak buah kapten Belanda tersebut, mereka mencoba membunuh
Sang Panembahan, tapi karena tubuhnya tidak mempan ditembak, akhirnya hampir
seluruh anak kapal dapat dibunuh oleh Panembahan Tjakraniengrat III, setelah
tinggal beberapa orang saja, Tjakraniengrat III kelelahan dan akhirnya dapat
dilumpuhkan oleh anak buah kapal dengan dipukul kayu dari belakang. Akhirnya
beliau pun wafat di kapal, kepalanya di penggal dan dibawa ke Surabaya oleh
Belanda dan jasadnya dibuang ke laut. Gusti Panembahan Tjakraniengrat III
masyhur pula dengan gelar anumerta SIDHINGKAP atau Sidho Ing Kapal.
- 7. PANEMBAHAN TJAKRANIENGRAT IV
Setelah
"Peristiwa Kapal Mateh" tersebut, maka yang meneruskan tahta kerajaan
Madura adalah adik beliau yang bernama kecil R. Djoerit. Setelah naik tahta R.
Djoerit bergelar Sri Paduka Gusti Panembahan Tjakraniengrat IV. Beliau bertahta
dari tahun 1718 sampai dengan tahun 1745. Pada masa beliau inilah banyak
lika-liku yang terjadi di Madura. 1. Perpindahan Pusat Kraton dari Tunjung Skar
Kdaton ke Kraton Sambilangan di Ujung barat Pulau Madura. 2. Pemberontakan
Sunan Kuning di Surakarta 3. Gegap gempitanya perlawanan terhadap Belanda.
Akhirnya, Panembahan Tjakraniengrat IV dibuang ke kaap de goe de hoop di Afrika
Selatan, dan Wafat disana. Namun putra beliau memindahkan Janazah Gusti
Panembahan Tjakraniengrat IV ke pemakaman Raja-raja Madura di Aermata Arosbaya
pada hari Jum'at 03 Robiul Akhir 1678 Tahun Jawa atau 1753 M. Beliau juga masyhur dengan gelar anumerta SIDHINGKAAP atau Sidho Ing
Kaap de Goe de Hoop.
- 8. PANEMBAHAN
TJAKRAADINIENGRAT V
Setelah
kalah perang dengan Belanda dan Gusti Panembahan Tjakraniengrat IV ditangkap
dan diasingkan ke Kaap de goe de hoop, R. Surodiningrat diangkat menggantikan
ayah beliau naik tahta di Kerajaan Madura. Tepat pada 15 November 1745 beliau
naik tahta dengan gelar Sri Paduka Gusti Panembahan Tjakraadiniengrat V. Beliau
mengatur kehidupan di dalam kerajaan Madura dari Kraton Sambilangan selama
kurang lebih kurun waktu dua tahun. Kemudian Gusti Panembahan memindahkan pusat
kerajaan ke Kraton Bangkalan. Gusti Panembahan adalah pemikir ulung, inovatif
dan Cerdas. Disinyalir bahwa perubahan sistem Kerajaan kepada Kasultanan adalah
buah karya beliau yang diaplikasikan oleh raja berikutnya yang tiada lain
adalah putra beliau. Pada masa Gusti Panembahan Tjakraniengrat V inilah terjadi
suatu peristiwa yg luar biasa, yaitu Pristiwa Lesab. Selama kurun waktu 1745
sampai dengan 1770 dibawah kepemimpinan Gusti Panembahan Tjakraadiniengrat V,
negara dalam keadaan damai, makmur, hidup menjadi tenang, dan banyak tentara
yang menganggur. Rakyat Bahagia, makmur sentosa. Gusti Panembahan berpulang ke
haribaan Alloh SWT. Dalam keadaan damai, sehingga beliau masyhur pula dengan
gelar anumerta SIDHOMUKTI atau Sidho Ing Mukti.
- 9. PANEMBAHAN
TENGAH
Panembahan
Tjakraadiniengrat V memiliki putra yang meninggal lebih dahulu dari pada
ramandanya. Beliau bernama Pangeran Ario Soeroadiningrat (R. Abd. Djamali).
Gusti Pangeran Ario Soerodiningrat memiliki putra bernama R. T.
Mangkuadiningrat yang kemudian naik tahta melanjutkan kakek beliau dengan gelar
Sri Paduka Gusti Panembahan Tengah. Beliau bertahta selama kurang lebih sepuluh
tahun dari tahun 1770 sampai dengan 1780. Gusti Panembahan yang juga merupakan
Putra dari R. Ayu Galuh yang berasal dari Kasepuhan Surabaya ini memiliki
kepiawaian dan kecerdasan yang luar biasa. Pada masa Gusti Panembahan Tengah
ini semua tentara menganggur dan tidak ada peperangan apapun. Kerajaan hidup
dalam keadaan aman, makmur, damai dan sentosa. Beliau wafat pada tahun 1780
tanpa meninggalkan seorang putra pun dan dimakamkan di pemakaman raja-raja
Madura Astah Aermata Arosbaya.
- 10. SULTAN TJAKRAADINIENGRAT I
Raja
Madura berikutnya yang menduduki tahta Madura adalah Paduka Kanjeng Gusti
Sultan Tjakraadiniengrat I. Beliau bernama kecil R. Tawangalun atau R.
Abdurrahman, beliau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Abduh atau Sultan
Bangkalan I. Beliau bertahta dari tahun 1780 sampai dengan 1815. Pada masa beliau inilah sistem Kerajaan berganti menjadi
Kasultanan Madura selama dua kali masa kepemimpinan. Dalam Kasultanan Madura,
beliau memimpin dengan arif dan bijaksana berdasarkan sendi-sendi Islam. Bahkan
beliau berwasiat jika beliau meninggal maka Makam beliau jangan ditinggikan
melebihi sejengkal walaupun beliau seorang Raja, hal ini menunjukkan bakti sang
Gusti Sultan kepada Agama Islam sebagaimana pengamalan beliau akan Hadist
Shohih dari Rosululloh tersebut. Beliau sangat paham agama islam. Beliau
memiliki dua orang putra yang sama-sama menjadi Raja diantara putra-putra
beliau yang Lain. Gusti sultan Tjakraadiniengrat I menobatkan R. Abdul Kadir
sebagai putra mahkota dan adik dari R. Abd. Kadir tersebut yang bernama R. Palgunadi
menjadi raja pula di Kraton Pamellingan Pamekasan. Gusti Sultan memiliki empat
orang istri, yaitu : - Mbok Ajeng Asmoro, - R. Ajeng Kadarmanik, - Mas Ajeng
Dewaningsih, - Ratu Ayu Sepuh. Pada masa beliau inilah Kasultanan Madura
memiliki Kereta Kencana Pertama kali. Gusti Sultan Tjakraadiniengrat I wafat
pada tahun 1815 dibawah pemerintahan Inggris dan disarekan di pemakaman
raja-raja Madura di Astah Aermata Arosbaya.
- 11. SULTAN TJAKRAADINIENGRAT II
R.
Abdoel Kadir adalah putra ke dua dari tiga belas bersaudara, ibunya bernama R.
Ay. Seruni cicit dari Gusti Panembahan Tjakraniengrat IV, namun situs
arkeologis dari ibunda Kanjeng Gusti Sultan Tjakraadiniengrat II ini rusak
akibat dirombak menjadi sebuah lokasi pondok di Bangkalan. R. Abdoel Kadir setelah
naik tahta menggantikan ramanda beliau pada tahun 1815 bergelar SULTAN TJAKRAADINIENGRAT II. Beliau
naik tahta pada tahun 1815 sampai 1847, pada tahun itu pula Kekuasaan Inggris atas Madura
dikembalikan kepada Belanda oleh Sir Stamford Raffles (Wakil Kerajaan Inggris
di Indonesia) pada Syawal 1743 H. Risalah tentang Sir Thomas Stamford Raffless
ini banyak sekali berkaitan dengan Sambilangan - Madura. Karena sebelumnya
Kanjeng Gusti Panembahan Tjakraniengrat IV pernah mengutus putra keempat beliau
ke Bangkahoeloe untuk meminta Bantuan Inggris terkait dengan peperangan melawan
Belanda, dan sang memorialist kepercayaan Sir Thomas Stamford Raffless juga
berasal dari Sambilangan ex. Pusat Kerajaan ke empat itu. Kanjeng Gusti Sultan
Tjakraadiniengrat II yang insyaAlloh diperkirakan lahir di tahun 1778 M
memperoleh banyak sekali penghargaan demi penghargaan. Semua nanti akan kami
tuangkan dalam artikel khusus yang menceritakan seluk beluk masing-masing Raja
Madura dalam blog ini. Banyak kejadian penting terjadi pada masa beliau
bertahta, diantaranya dibukanya Masjid Kraton yang dibangun oleh Kanjeng Gusti
Panembahan Tjakraadiniengrat V (sekarang menjadi Masjid Agung Bangkalan) untuk
Masyarakat secara umum yang sebelumnya diperuntukkan khusus untuk keluarga
Kraton saja. Raja Generasi ke sebelas sejak Kanjeng Gusti Panembahan Lemah
Duwur ini menutup usia pada umur 69 tahun di tahun 1847 M. Beliau di sarekan di
Belakang Masjid Agung Bangkalan di pusat Kota Bangkalan bersama Ibunda Beliau.
- 12. PANEMBAHAN
TJAKRAADINIENGRAT VII
Putra
ke 7 (Tujuh) dari Kanjeng Gusti Sultan Tjakraadiniengrat II yang terlahir dari
permaisuri sebagai putra mahkota yang bernama Kecil R. Moh. Yusuf naik tahta
meneruskan ramanda beliau pada 08 Dzulkaidah 1775 Tahun Jawa bertepatan dengan
1847 M bergelar Panembahan Tjakraadiniengrat VII. Beliau bertahta dari tahun 1862 sampai dengan 1862. Gusti Panembahan
Tjakraadiniengrat VII meninggal pada hari rabu, 29 Dzulkaidah 1790 Tahun Jawa
bertepatan dengan tahun 1862 M dalam usia 58 Tahun. Dan Janazah beliau
disarekan di belakang Masjid Agung Bangkalan bersama dengan Ayahanda Beliau.
Pasarean beliau berdampingan dengan Kanjeng Gusti Maduretno, permaisuri Gusti
Panembahan Tjakraadiniengrat V (Buyut Beliau). Pada masa Beliau inilah hidup
seorang ulama' yang cukup masyhur yaitu Syaikhona Kholil bin Abd. Latief yang di
sarekan di Martajasah Bangkalan.
- 13. PANEMBAHAN TJAKRAADINIENGRAT VIII
Sepeninggal
Gusti Panembahan Tjakraadiniengrat VII, putra pertama beliau R. Moh. Ismail
naik tahta kerajaan meneruskan ayahanda beliau dengan gelar Panembahan
Tjakraadiniengrat VIII. Beliau bertahta sejak 1862 sampai dengan 1882. Secara hukum adat, beliau kurang memenuhi persyaratan
sebagai penerus Tahta kerajaan sehubungan keterbatasan beliau yang bersifat
fisik diantaranya mengalami gangguan pendengaran dan suara sekaligus karena
tidak memiliki keturunan laki-laki, maka adik beliau yang bernama R. Abd.
Djoemali dipersiapkan sebagai penerus tahta dengan Gelar Pangeran Adipati
Pakoeningrat. Akibat kekurangan beliau inilah dimanfaatkan oleh Belanda
sehingga hukum adat dikesampingkan dan beliau didampingi oleh R. Demang
Mayangkoro sebagai kepanjangan tangan Belanda. Kanjeng Gusti Panembahan
Tjakraadiniengrat VIII didampingi oleh sorang permaisuri bernama R. Ay. Suleha
putri ke 3 Pangeran Sosroadiningrat, dimana puri beliau di Saksak Bangkalan
(Sekarang Jl. Let. Ramli). Sri Paduka Gusti Panembahan Tjakraadiniengrat VIII
berpulang ke Rahmatulloh pada 3 Syawal 1811 Tahun Jawa bertepatan dengan Kamis
Legi 17 Agustus 1882 M Jam 05.15 Pagi dan Disarekan di Belakang Masjid Agung
Bangkalan berdampingan dengan Sri Paduka Gusti Sultan Tjakraadiniengrat II
Madura.
- 14. GUSTI
PANGERAN ADIPATI PAKOENINGRAT
Gusti
Pangeran Adipati Pakoeningrat bernama kecil R. Abdul Djumali, beliau merupakan
putra Mahkota terakhir Kerajaan Madura yang dipersiapkan untuk menggantikan Sri
Paduka Panembahan Terakhir, Gusti Tjakraadiniengrat VIII. Namun Alloh
berkehendak lain, Sang Putra Mahkota berpulang ke Rahmatulloh tiga tahun lebih
awal dari Sri Paduka Sendiri, tepatnya pada tahun 1879 M. Janazah Beliau
dikebumikan di pemakaman Raja-raja Madura di Belakang Masjid Agung Kabupaten
Bangkalan. Gusti Pangeran Adipati Pakoeningrat memiliki dua puluh (20) putra/i
yang menurunkan generasi demi generasi hingga saat ini, dan seorang Permaisuri
bernama R. Ay. Asia Putri dari Tumenggung Purwonegoro di Sampang. Demikianlah
secara singkat silsilah kerajaan Madura, akhirnya akibat politik devide at
impera Belanda, Penjajah Belanda mengatur siasat sedemikian rupa bertujuan agar
kerajaan Madura dapat dibubarkan dan berada dibawah pengawasan langsung
Penjajah Belanda. Hal ini sebenarnya mendapatkan banyak sekali pertentangan
namun siasat Penjajah mencengkeram setiap sisi di Madura. Akhirnya sistem
pemerintahan Kerajaan Madura dapat dibubarkan oleh Belanda dan menjadi
pemerintahan langsung dibawah pemerintahan penjajah Belanda. Pemerintah penjajah
Belanda mengeluarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda no. 2/ C
tanggal 22 Agustus 1885 tentang pembubaran Kerajaan Madura. Jadi berdasarkan
keputusan-keputusan berikut :
1.
Kep. No. 1/a Tgl 02 Agustus 1859 ttg pembubaran Kraton Pamekasan.
2.
Kep. No. 5/C Tgl 18 Oktober 1883 ttg pembubaran Kraton Sumenep.
3.
Kep. No. 2/C tgl 22 Agustus 1885 ttg pembubaran Kraton Sampang
4.
Kep. No. 2/C Tgl 22 Agustus 1885 ttg Pembubaran Kraton Bangkalan.
Dengan
demikian dapat diketahui bahwa kerajaan Madura bukan membubarkan diri melainkan
dibubarkan oleh Belanda dengan tujuan untuk menguasai dan menjajah Madura pada
saat itu.
7 komentar :
Alhamdulillah semoga bermanfaat dan menambah wawasan aamiin
Amiinn YRA.
Assalamualaikum salam kenal semua
Saya punya pertanyaan adakah di silsilah Cakraningrat ada yang bernama suryoadiningrat(R.abdus Sholeh)karena leluhur saya bernama KH.abdus Sholeh yang kata buyut saya dari mandekan Sampang
Kalo ada rujukan bolehkah sekiranya saya minta infonya dan saya sertakan nomor wa saya 087789462048
Sepertinya tombol Whattsapp nya berfungsi dengan baik. Silakan dicoba utk di ikuti tautannya
R. Abdus Sholeh ada. beliau Trah Gusti Cakraadiningrat
R. Abdussholeh disebut juga Kondur
Posting Komentar