Kamis, 23 April 2020

ISLAMISASI MADURA


Gb. Krocok by P. Abustomi
EMPU BAGENO
(MASUKNYA AGAMA ISLAM KE KRATON AROSBAYA)


 Akan dipaparkan berikutnya, nanti bahwa dari putra Raden Pratanu (Panembahan Lemah Duwur) yang kedua yaitu Raden Koro atau Pangeran Tengah, akan terbentuk Dinasti Cakraningrat yang terkenal itu. Perlu ditambahkan Peng-lslaman Kraton Arosbaya, 
tak lepas dari peran aktif Ki Empu Bageno, yang berguru (Nyantri) ke Kudus.

Ki Empu Bageno berguru kepada Sunan Kudus (Raden Djakfar Sodik). Pasarean Beliau ada di luar  lingkungan Pasarean Tengket, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Beliau adalah patih ke-2 sesudah Pangeran Welaran (Ki Prakoso).
 
Dalam masa pemerintahan Raden Pratanu (Panembahan Lemah Duwur). Riwayat penyantrian 

Ki Empu Bageno kepada Sunan Kudus dipenuhi legenda-legenda menarik.
Pada suatu malam Raden Pratanu bermimpi mendapat tamu orang asing, yang mengaku dirinya bernama Sayyid Magribi, menyuruh beliau memeluk agama baru yaitu agama Islam, sedangkan guru yang dapat memberi pelajaran agama tersebut adalah Sunan Kudus. Beliau menghadap ayah ibunya menceritakan mimpi tersebut. Maka ayahnya memanggil pepatihnya yang bernama Empu Bageno, disuruh pergi ke Kudus untuk mengetahui agama baru tersebut sampai ke seluk beluknya. Maka pepatih Empu Bageno
berangkat ke Kudus untuk melaksanakan tugasnya.
Untuk mengetahui seluk beluk agama Islam, Empu Bageno memeluk agama Islam terlebih dahulu. Maka ia diterima menjadi murid (santri) Sunan Kudus. Sebelum mendapatkan pelajaran tentang agama Islam, ia diharuskan mencukur rambut di kepala, jenggot, dan kumisnya dan disuruh pula memotong kuku-kuku di jari kaki dan tangannya. Setelah semua dilakukan, maka ia dimandikan oleh Sunan Kudus. Setelah itu, ia diberikan pelajaran agama Islam dimulai dari “Kalimat Syahadat” (Syahadatain) sampai rukun-rukun Islam lainnya lalu rukun iman. Setelah cukup memahami dan benar-benar mengerti rukun-rukun agama Islam yang harus dipakai setiap hari, maka ia mohon diri kepada Sunan Kudus untuk bertolak ke Arosbaya, dan menerima pesan dari gurunya supaya ia memimpin
semua orang yang bersedia memeluk agama Islam.  
Menurut hikayat, Beliau datang ke Kudus dengan terbang, sekembalinya ke Arosbaya dengan  karomah, Sunan Kudus (Raden Djakfar Sodik). Beliau hanya naik " Kerocok " / ompay pohon kelapa dengan kerdipan mata sudah sampai di Arosbaya. 
Pepatih Empu Bageno segera mengahadap Kiyai Pratanu menceritakan segala hal yang ia lakukan selama menjalankan tugasnya di Kudus. Kiyai Pratanu kemudian membawa Kiyai Empu Bageno untuk menghadap ayahnya. Sang ayah menerima Kiyai Empu Bageno dengan senang hati dan memerintahkan supaya agama Islam disiarkan ke segala lapisan masyarakat dan dianjurkan pada siapapun yang sukarela memeluknya, namun tidak boleh ada paksaan. Kiyai Pratanu memeluk agama Islam dengan belajar pada Kiyai Empu Bageno, sedangkan ayahnya tida mau belajar hanya cukup mendengarkan syarat-syaratnya dan berjanji kelak dikemudian hari akan memeluknya. Di kalangan rakyat pun
banyak yang memeluk agama baru tersebut. Pada saat raja (Kiyai Pragalbo) hampir meninggal karena sakit tua, oleh puteranya diperingatkan untuk memeluk agama Islam. Pada saat beliau diajari “kalimat syahadat” (Syahadatain) tidak dapat bersuara hanya menganggukkan kepalanya
saja hingga berpulang ke Rahmatullah. Oleh karena itu Kiyai Pragalbo Arosbaya dikenal dengan “Pangeran  Islam Ongguk”.  
Pasarean beliau sama nasibnya dengan Pasarean "Ki Plakaran" karena tidak ada petunjuk arah menuju pasarean beliau yang terkenal itu dan komplek pasarean terlihat kurang rapi karena tidak terlihat ada juru pelihara (Juru Kunci Pasarean ). Menurut keterangan warga setempat,
pasarean atau makam Ki Empu dibuat atas inisiatif warga.
Sangat disayangkan, dalam hal ini Pemerintah Daerah kurang memperhatikan situs sejarah dari tokoh yang pernah menjadi cikal bakal masuknya Agama Islam ke Kerajaan Arosbaya waktu itu.


0 komentar :

Posting Komentar