Jumat, 27 Oktober 2017

CAKRA ADININGRAT VII - BANGKALAN



PANEMBAHAN CAKRA ADININGRAT VII
( R. MOH. YUSUF )
1847 – 1862 M

R. Moh. Yusuf, Panembahan Cakra Adiningrat ke-VII, atau Pangeran Seco Adiningrat IV putra ke-7 dari Sultan R. Abdul Kadir naik tahta menggantikan ayah Beliau ( Sultan R. Abdul Kadir Cakra Adiningrat II ), pada tanggal 8 Dzulkaidah 1775 tahun Jawa atau tahun 1847 M.
Beliau adalah putra ke-7 Sultan R. Abdul Kadir Cakra Adiningrat II dari Ibu Garwo Patmi.
Masa Pemerintahan Beliau hanya berlangsung lebih kurang 15 tahun, Pemerintah Belanda waktu itu hanya dua kali meminta bantuan Pasukan Bangkalan Madura yaitu berturut-turut tahun 1846 dan tahun 1848 dalam Perang Bali ( Ekspedisi Bali ke-2 dan ke-3 ), Panglima Pasukan Bangkalan Madura waktu itu di Pimpin oleh adik Beliau yaitu Pangeran Adinegoro ( Putra ke-18 Sultan R. Abdul Kadir Cakra Adiningrat II, dari Ibu Nyai Jai ).
Reputasi Pasukan Bangkalan Madura dalam Perang Bali tersebut sangat membanggakan, sehingga Pangeran Adinegoro diangkat sebagai, “ RIDDER VAN DEN MILITAIRE WILLEMSORDE “, kelas IV, satu bentuk Penghargaan atas kesetiaan dan keberanian dalam melaksanakan tugas-tugas tempur, tidak banyak hal-hal yang dapat diceritakan dalam masa Pemerintahan Beliau. Panembahan Cakra Adiningrat VII ( R. Moh. Yusuf ) wafat hari Rabu, tanggal 29 Dzulkaidah 1790 tahun Jawa atau 1862 M dalam usia 58 tahun, jenasah Beliau di kebumikan di Pasarean Makam Raja-raja Bangkalan ( Congkop ) yang terletak di belakang Masjid Agung Bangkalan. Pasarean Beliau terletak pada Congkop kedua di sebelah barat Pasarean Sultan R. Abdul Kadir Cakra Adiningrat II, berdampingan dengan Pasarean Ratu Maduratno, Permaisuri Sultan R. Abdurrahman Cakra Adiningrat I.
Tak ada keterangan siapa nama Permaisuri beliau atau isteri-isteri yang lain, dan beliau berputra 11 orang :
1.      R. Moh. Ismail, Panembahan Cakra Adiningrat ke-VIII
2.      R. Abdul Jumali, Png. Adipati Pakuningrat
3.      R. Ario Tejokusumo ( Abd Razak )
4.      R. Ario Ronokusumo ( Sruddin )
5.      R. Ario Sosronegoro
6.      R. Ayu Ario Notowijoyo ( Amina )
7.      R. Ayu Ario Adiwijoyo ( Ngaisa )
8.      R. Ayu Ario Joyodiputro ( Asya )
9.      Seorang Putri, meninggal
10. R. Ayu Supya
11. R. Hosen ( Oesen ).
Bahwa kehidupan Panembahan Cakra Adiningrat ke-VII ( R. Moh. Yusuf ) diwarnai dua konflik internal keluarga yang dalam kurun waktu yang lama, belum pernah dipaparkan dalam bentuk paparan sejarah, kecuali secara getok tular ( Tutur Pinutur ) dari sesepuh kepada generasi berikutnya, untuk diambil hikmah kejadiannya.
Penulis berusaha menyampaikannya secara hati-hati karena tidak ada bukti sejarah sebagai pendukungnya.
Hal yang pertama tarik ulur tentang pengganti tahta Kerajaan sesudah Panembahan Cakra Adiningrat ke-VIII ( R. Moh. Ismail ) yang tidak mempunyai seorang putra mahkota sebagai penerus tahta kerajaan. Termasuk juga persyaratan-persyaratan secara fisik menurut pandangan hukum adat tidak memenuhi syarat, jelasnya R. Ismail ( Panembahan Cakra Adiningrat ke-VIII ) mempunyai kelainan pada suara dan gangguan pendengaran atau tuli, sehingga tidak harus duduk dalam tahta kerajaan. 
Akhirnya diambil jalan tengah saudara muda beliau, putra kedua R. Abdul Jumali dipersiapkan sebagai putra mahkota pengganti sewaktu-waktu dengan gelar Pangeran ADIPATI PAKUNINGRAT, sementara Panembahan Cakra Adiningrat ke-VIII ( R. Moh. Ismail ) tetap duduk sebagai Raja Bangkalan dibantu oleh Mayor R. Demang Mayangkoro sebagai orang kedua.
Paparan ini berasal dari sumber : Gedenk Boek ( Buku Kenangan ) tahun 1936, terjemahan bebas Alm. R. H. Kamaruddin, mantan Sekwilda Bangkalan periode 1958-1980 ( hal 55 ) dan Buku Sejarah caranya Pemerintahan Daerah-daerah di Kepulauan Madura dengan hubungannya, ditulis oleh Zainal Fattah ( 1951 ) hal 165-166.
Hal kedua : Konflik Internal keluarga yang menyangkut kehormatan keluarga Kerajaan, yaitu ketika putri ke-8 Panembahan Yusuf, yaitu R. Ayu Ario Joyodiputro ( Asya ) harus melakukan pernikahan dengan seorang arab dari Ampel dimana hal ini tidak mendapat restu dari R. Moh. Yusuf ( Panembahan Cakra Adiningrat ke-VII, sebagai ayah ).
Pitutur dari sesepuh Alm. R. Ario Moh. Saleh Suryowinoto dengan segala kehormatan Kerajaan, R. Ayu Ario Joyodiputro harus keluar dari lingkungan kerajaan Bangkalan dan ikut suami ke Ampel ( Wilayah itu sekarang disebut Ampel Sukodono Surabaya ) dan mempunyai dua orang putra R. Sahid dan R. Jatim. Dalam catatan Sejarah tidak dijelaskan siapa nama suami dari R. Ayu Ario Joyodiputro ini.

Demikian sekilas tentang Panembahan Yusuf, Semoga Menginspirasi.


Posted By       : Den Mas Agus Suryo
Taken From     : Catatan Keluarga

0 komentar :

Posting Komentar