PANEMBAHAN CAKRA ADININGRAT VII
( R. MOH. YUSUF )
1847 – 1862 M
R. Moh. Yusuf,
Panembahan Cakra Adiningrat ke-VII, atau Pangeran Seco Adiningrat IV putra ke-7
dari Sultan R. Abdul Kadir naik tahta menggantikan ayah Beliau ( Sultan R.
Abdul Kadir Cakra Adiningrat II ), pada tanggal 8 Dzulkaidah 1775 tahun Jawa
atau tahun 1847 M.
Beliau adalah
putra ke-7 Sultan R. Abdul Kadir Cakra Adiningrat II dari Ibu Garwo Patmi.
Masa
Pemerintahan Beliau hanya berlangsung lebih kurang 15 tahun, Pemerintah Belanda
waktu itu hanya dua kali meminta bantuan Pasukan Bangkalan Madura yaitu
berturut-turut tahun 1846 dan tahun 1848 dalam Perang Bali ( Ekspedisi Bali
ke-2 dan ke-3 ), Panglima Pasukan Bangkalan Madura waktu itu di Pimpin oleh
adik Beliau yaitu Pangeran Adinegoro ( Putra ke-18 Sultan R. Abdul Kadir Cakra
Adiningrat II, dari Ibu Nyai Jai ).
Reputasi
Pasukan Bangkalan Madura dalam Perang Bali tersebut sangat membanggakan,
sehingga Pangeran Adinegoro diangkat sebagai, “ RIDDER VAN DEN MILITAIRE
WILLEMSORDE “, kelas IV, satu bentuk Penghargaan atas kesetiaan dan keberanian
dalam melaksanakan tugas-tugas tempur, tidak banyak hal-hal yang dapat
diceritakan dalam masa Pemerintahan Beliau. Panembahan Cakra Adiningrat VII (
R. Moh. Yusuf ) wafat hari Rabu, tanggal 29 Dzulkaidah 1790 tahun Jawa atau
1862 M dalam usia 58 tahun, jenasah Beliau di kebumikan di Pasarean Makam
Raja-raja Bangkalan ( Congkop ) yang terletak di belakang Masjid Agung
Bangkalan. Pasarean Beliau terletak pada Congkop kedua di sebelah barat
Pasarean Sultan R. Abdul Kadir Cakra Adiningrat II, berdampingan dengan
Pasarean Ratu Maduratno, Permaisuri Sultan R. Abdurrahman Cakra Adiningrat I.
Tak ada
keterangan siapa nama Permaisuri beliau atau isteri-isteri yang lain, dan beliau
berputra 11 orang :
1.
R. Moh. Ismail, Panembahan Cakra Adiningrat ke-VIII
2.
R. Abdul Jumali, Png. Adipati Pakuningrat
3.
R. Ario Tejokusumo ( Abd Razak )
4.
R. Ario Ronokusumo ( Sruddin )
5.
R. Ario Sosronegoro
6.
R. Ayu Ario Notowijoyo ( Amina )
7.
R. Ayu Ario Adiwijoyo ( Ngaisa )
8.
R. Ayu Ario Joyodiputro ( Asya )
9.
Seorang Putri, meninggal
10. R. Ayu Supya
11. R. Hosen ( Oesen ).
Bahwa
kehidupan Panembahan Cakra Adiningrat ke-VII ( R. Moh. Yusuf ) diwarnai dua
konflik internal keluarga yang dalam kurun waktu yang lama, belum pernah
dipaparkan dalam bentuk paparan sejarah, kecuali secara getok tular ( Tutur Pinutur ) dari sesepuh
kepada generasi berikutnya, untuk diambil hikmah kejadiannya.
Penulis
berusaha menyampaikannya secara hati-hati karena tidak ada bukti sejarah
sebagai pendukungnya.
Hal yang
pertama tarik ulur tentang pengganti tahta Kerajaan sesudah Panembahan Cakra
Adiningrat ke-VIII ( R. Moh. Ismail ) yang tidak mempunyai seorang putra
mahkota sebagai penerus tahta kerajaan. Termasuk juga persyaratan-persyaratan
secara fisik menurut pandangan hukum adat tidak memenuhi syarat, jelasnya R.
Ismail ( Panembahan Cakra Adiningrat ke-VIII ) mempunyai kelainan pada suara
dan gangguan pendengaran atau tuli, sehingga tidak harus duduk dalam tahta
kerajaan.
Akhirnya
diambil jalan tengah saudara muda beliau, putra kedua R. Abdul Jumali
dipersiapkan sebagai putra mahkota pengganti sewaktu-waktu dengan gelar
Pangeran ADIPATI PAKUNINGRAT, sementara Panembahan Cakra Adiningrat ke-VIII (
R. Moh. Ismail ) tetap duduk sebagai Raja Bangkalan dibantu oleh Mayor R.
Demang Mayangkoro sebagai orang kedua.
Paparan ini
berasal dari sumber : Gedenk Boek ( Buku Kenangan ) tahun 1936, terjemahan
bebas Alm. R. H. Kamaruddin, mantan Sekwilda Bangkalan periode 1958-1980 ( hal
55 ) dan Buku Sejarah caranya Pemerintahan Daerah-daerah di Kepulauan Madura
dengan hubungannya, ditulis oleh Zainal Fattah ( 1951 ) hal 165-166.
Hal kedua :
Konflik Internal keluarga yang menyangkut kehormatan keluarga Kerajaan, yaitu
ketika putri ke-8 Panembahan Yusuf, yaitu R. Ayu Ario Joyodiputro ( Asya ) harus melakukan
pernikahan dengan seorang arab dari Ampel dimana hal ini tidak mendapat restu
dari R. Moh. Yusuf ( Panembahan Cakra Adiningrat ke-VII, sebagai ayah ).
Pitutur dari
sesepuh Alm. R. Ario Moh. Saleh Suryowinoto dengan segala kehormatan Kerajaan,
R. Ayu Ario Joyodiputro harus keluar dari lingkungan kerajaan Bangkalan dan
ikut suami ke Ampel ( Wilayah itu sekarang disebut Ampel Sukodono Surabaya )
dan mempunyai dua orang putra R. Sahid dan R. Jatim. Dalam catatan Sejarah
tidak dijelaskan siapa nama suami dari R. Ayu Ario Joyodiputro ini.
Demikian sekilas tentang Panembahan Yusuf, Semoga Menginspirasi.
Posted By : Den Mas Agus Suryo
Taken From : Catatan Keluarga
0 komentar :
Posting Komentar