Pohon Nepa
Nama
Nepa itu diperoleh karena di desa-desa pasisir, penuh dengan pohon nepa.
Pohon Nepa disebut juga pohon bhunyok yaitu bangsa dari pohon kelapa.
Pada waktu itu negara Mendangkamulan dengan rajanya yang masih tetap Sanghyangtunggal,
kedatangan musuh dari negeri Cina didalam peperangan raja Mendangkamulan
berkali-kali kalah sehingga rakyatnya hampir habis dibunuh oleh musuh. Didalam
keadaan susah dan bingung raja Mendangkamulan tidak makan dan tidur dan memohon
kepada Jang Maha Esa supaja mendapat pertolongan. Pada suatu malam raja
bermimpi bertemu seorang tua yang berkata, bahwa disebelah pojok barat daya dari
keraton itu ada suatu pulau bernama Madu Oro (Lemah duro) ya- itu madura.
Disitu berdiam seorang anak muda bernama Raden Sagoro. Raja disuruhnya supaya
meminta pertolongan kepada Raden Sagoro itu apabila perangnya ingin menang.
Ke-esokan
harinya Raja memerintahkan pepatihnya supaya membawa beberapa perahu dan
beberapa orang prajurit dan membawa sekali bahan-bahan untuk buah tangan dan mendatangi
Raden Sagoro meminta pertolongan tentang peperangan itu. Perintah Raja dijalankan
oleh pepatihnya setelah tiba di madura, maka memitanya pertolongan kepada Raden
Sagoro dan juga kepada ibunda supaja memperkenankan puteranya itu dibawa ke
negara Mendangkamulan. Oleh ibu dari Raden Sagoro, Kiyai Poleng dipanggil dan
telah datang pula. Sesaat itu terjadi suatu peristiwa, Sebelum Kiyai Poleh
datang oleh
pepatih Mendangkamulan, Raden Sagoro mau dipaksa di bawa kedalam
perahu dan disuruh pegang kepada prajurit-prajurit yang tadi dibawanya. Maka
para prajurit itu sama-sama lumpuh tidak mempunyai kekuatan dan lalu datang angin
keras dari lautan sehingga perahu-perahunya hampir tenggelam kedalam lautan,
karena kemasukan air ombak yang menderu-deru dan amat besar datangya. Maka
pepatih Mendangkamulan lalu mohon ampun kepada Raden Sagoro dengan ibunya, maka keadaan berobah menjadi
baik pula. Setelah Kiyai Poleng datang, maka ia matur kepada ibunya Raden
Sagoro supaya diizinkan puteranya pergi ke Mendangkamulan untuk membantu
peperangan raja, dari itu negara bermusuhan tentang jiwa dan ia sanggup akan
melayaninya “Raden Sagoro di izinkan” Oleh ibunya dan terus ikut perahu yang
memapaknya tadi dengan membawa pusaka tombak kiyai Nenggolo.
Kiyai
Poleng ikut serta akan tetapi dirinya tidak kelihatan kepada lain orang hanya
kelihatan kepada R. Sagoro. Sesampainya di negara Mendangkamulan, terus
berperang dengan tentara dari negeri Tjina dengan disampingi oleh Kijahi Poleng.
Pusaka Kijahi Nenggolo hanya ditujukan saja kearah tempat sarang-sarang musuh.
Maka musuh banyak yang mati karena dapat sakit mendadak dan tidak antara lama
semua musuh meninggalkan negara Mendangkamulan dan sebagian besar mati
terserang penjakit mendadak.
Raja
Mendangkamulan membikin pesta besar karena sudah menang perang dan memberi
penghormatan besar kepada R. Sagoro serta memberinya gelaran. “Raden Sagoro
alias Tumenggung Gemet” artinya : semua musuh apabila bertanding dengan dia
adalah, habis (gemet=Djawa). Kakek & cucu.
Raja
berhajat mengambil anak mantu kepada Tumenggung Gemet dan menghantarkan dia
(suruhan pepatihnya dan tentara kehormatan). Dengan disertai surat terimakasih
kepada ibunya. Raja menanyakan siapa nama ayah dari R. Sagoro namun tidak
mendapatkan jawaban dari R. Sagoro bahwa ia masih akan tanya pada ibunya
setelah sampai di Nepa dan pengantar-pengantar telak bertolak kembali juga Kiyai Poleng, maka R. Sagoro menanyakan
ibunya siapa nama ayahnya ibunya mendjadi kebingungan dan menjawabnya, bahwa
ayahnya adalah seorang siluman. Maka seketika itu menjadi lenyaplah ibu dan
anaknya serta pula rumahnya yang disebut Keraton
Nepa.
Demikian
riwayat asal mula penduduk tanah Madura. Di kesankan pula bahwa R. Sagoro telah
membalas hutang eyangnya yang menghinakan ibunya dengan pembalasan yang baik, yaitu
menolong didalam peperangan.
Diceriterakan
bahwa Raden Sagoro sebagai orang siluman dikemudian hari beristri Nyai Roro
Kidul.
Diceriterakan
pula bahwa dikemudian tahun Kiyai Nenggolo dan Kiyai Aluquro oleh R. Sagoro
diberikan kepada Pangeran Demang palakaran (Kiyai Demong) Bupati Arosbaya
(Bangkalan) dan hingga saat ini dua bilah tombak tersebut masih menjadi
pusaka Bangkalan. Juga didalam kepercayaan orang terdahulu, Kiyai Poleng adalah
menjadi pembantu dari pangeran Demang Palakaran dan turunannya. Yang demikian
itu apabila orang tidak lupakan dia. Kepercayaan
orang tua ditanah Madura.
Untuk Versi Lengkapnya silakan hubungi Blogger atau R.P. Abd. Hamid Mustari Cakraadiningrat selaku ketua Paguyuban Kasultanan Bangkalan. Terimakasih.
0 komentar :
Posting Komentar